Senin, 14 Oktober 2024

Penghasilan Jual Beli Online dengan Wifi Ghasab: Haramkah?

Ilustrasi Jual Beli Online

PPRU 1 Fikih
| Dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini, banyak aktivitas, termasuk usaha atau bisnis online, yang memerlukan koneksi internet. Namun, penggunaan wifi tanpa izin, atau yang disebut sebagai "ghasab wifi," menimbulkan pertanyaan dalam ranah hukum Islam, khususnya terkait dengan penghasilan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Apakah penghasilan yang diperoleh dari bisnis online menggunakan wifi yang diperoleh tanpa izin termasuk dalam kategori yang diperbolehkan atau tidak? Artikel ini mengupas permasalahan tersebut dalam konteks hukum Islam.

Pengertian Ghasab dalam Islam

Ghasab, dalam terminologi fikih, adalah tindakan mengambil atau menggunakan hak milik orang lain tanpa izin, termasuk manfaat dari barang atau layanan tersebut. Penggunaan wifi tetangga tanpa izin juga termasuk dalam kategori ini karena manfaat wifi dimiliki secara pribadi oleh pemiliknya. Dalam kitab Fathul Mu'in karya Imam Zainuddin al-Malibari dijelaskan, “Ghasab adalah menguasai hak orang lain, meskipun berupa manfaat." Artinya, tidak hanya benda fisik, manfaat atau penggunaan yang diperoleh dari suatu layanan juga termasuk dalam hak yang tidak boleh diambil tanpa izin.

Dalil Larangan Ghasab dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an secara tegas melarang perbuatan mengambil harta orang lain secara batil. Allah SWT berfirman:

"Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil." (QS. Al-Baqarah: 188)

Ayat ini menjadi dasar larangan bagi umat Islam untuk tidak mengambil manfaat dari harta atau kepemilikan orang lain tanpa izin, termasuk menggunakan wifi yang bukan miliknya.

Fatwa Hukum Penghasilan dari Bisnis Online yang Menggunakan Wifi Ghasab

Dalam konteks pertanyaan, apakah hasil dari bisnis online menjadi haram ketika menggunakan wifi tetangga tanpa izin? Secara hukum, perangkat atau alat yang digunakan dalam bisnis online hanya merupakan sarana untuk transaksi. Selama proses jual beli memenuhi rukun dan syarat jual beli sesuai syariat—yakni tidak mengandung unsur penipuan dan barang yang dijual halal serta legal—maka penghasilan yang diperoleh tetap halal.

Namun, dalam kasus ini, peminjam wifi wajib mengganti biaya atau meminta izin kepada pemilik wifi sebagai bentuk tanggung jawab moral dan agama atas penggunaan hak orang lain tanpa izin. Dalam kitab At-Tahdzib fi Fiqhis Syafi'i, Imam al-Baghawi menyebutkan bahwa seseorang yang menggunakan barang atau manfaat orang lain tanpa izin wajib memberikan kompensasi kepada pemiliknya.

Kesimpulan

Penghasilan dari bisnis online yang dilakukan melalui perangkat yang di-update dengan wifi tanpa izin tidak otomatis menjadi haram selama transaksi jual beli memenuhi kaidah syariat. Namun, pengguna wifi tersebut tetap wajib mengganti biaya atau meminta kehalalan kepada pemilik wifi. Wallahu a'lam. 


Previous Post
Next Post

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 adalah pesantren salaf yang didirikan oleh KH. Yahya Syabrowi, Menggenggam Ajaran Salaf, Menatap Masa Depan

0 comments: