Minggu, 19 Mei 2024

Salim Said: Sosok Inspiratif yang Dedikasikan Hidupnya untuk Jurnalisme, Film, dan Akademisi

Prof. Salim Said

PPRU 1 Sosok | Salim Said, seorang tokoh terkemuka di dunia jurnalistik, perfilman, dan akademisi Indonesia, telah menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Sabtu, 18 Mei 2024, di usia 80 tahun. Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi bidang-bidang tersebut, dan warisannya akan terus menginspirasi generasi mendatang.

Masa Kecil dan Pendidikan

Lahir pada tanggal 10 November 1943, di Amparita, Parepare, Sulawesi Selatan, Salim Said memulai perjalanan luar biasa dalam belajar dan mencapai prestasi. Ia menempuh pendidikan di Akademi Teater Nasional Indonesia dari tahun 1964 hingga 1965, kemudian dilanjutkan dengan studi singkat di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dari tahun 1966 hingga 1967. Upaya akademiknya berlanjut di Universitas Indonesia, di mana ia menyelesaikan S1 Sosiologi pada tahun 1976.

Terdorong oleh rasa haus akan pengetahuan, Salim Said merantau ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Ia memperoleh S2 Hubungan Internasional dari Universitas Ohio pada tahun 1980, diikuti dengan S2 Ilmu Politik lainnya dari Universitas Ohio State pada tahun 1983. Upaya akademiknya mencapai puncaknya dengan gelar Ph.D. dalam Ilmu Politik dari Universitas Ohio State pada tahun 1985.

Kontribusi Jurnalistik dan Perfilman

Karir gemilang Salim Said diwarnai dengan kontribusi signifikan pada dunia jurnalistik dan perfilman. Ia pernah menjabat sebagai editor untuk berbagai publikasi, termasuk Pelopor Baru, Angkatan Bersenjata, dan Majalah Tempo. Tulisan dan ketajaman editorialnya yang berwawasan luas meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam lanskap media Indonesia.

Di luar jurnalistik, Salim Said memberikan kontribusi penting pada dunia perfilman. Keterlibatannya dalam Dewan Film Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta semakin memperkuat posisinya sebagai figur yang dihormati dalam kancah budaya Indonesia. Keahliannya meluas hingga kritik film, seperti yang dibuktikan dengan ulasan dan analisisnya yang dipublikasikan di berbagai media massa.

Keunggulan Akademik dan Karya Sastra

Prestasi akademik Salim Said tidak terbatas pada gelar doktornya. Ia memegang jabatan profesor terhormat dan membagikan pengetahuannya yang mendalam kepada para calon pemikir. Dedikasinya pada dunia akademisi meninggalkan dampak yang langgeng pada banyak siswa yang mendapat hak istimewa untuk belajar darinya.

Kemampuan sastra Salim Said terlihat jelas dalam berbagai bukunya, yang mengeksplorasi berbagai tema mulai dari perfilman Indonesia hingga politik militer. Karyanya, termasuk "Profil Dunia Film Indonesia," "Militer Indonesia dan Politik: Dulu, Kini, dan Kelak," dan "Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto," terus menjadi sumber berharga bagi para cendekiawan dan penggemar.

Layanan Diplomatik dan Penghargaan

Kontribusi Salim Said meluas di luar dunia akademisi dan seni. Ia menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Republik Ceko dari tahun 2006 hingga 2010, menunjukkan kemampuan diplomatik dan komitmennya pada hubungan internasional. Dedikasinya pada pelayanan publik membuatnya mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari rekan-rekannya dan masyarakat luas.

Warisan dan Kenangan

Kepergian Salim Said merupakan kehilangan mendalam bagi Indonesia. Kontribusinya pada jurnalistik, perfilman, akademisi, dan diplomasi telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada lanskap budaya dan intelektual bangsa. Dia akan dikenang sebagai pemimpin visioner, pendidik yang berdedikasi, dan pembela seni yang penuh semangat.

Saat kita berduka atas kepergiannya, mari kita juga merayakan kehidupan luar biasa Salim Said. Warisannya akan terus menginspirasi generasi mendatang, mengingatkan kita tentang kekuatan pengetahuan, kreativitas, dan layanan kepada komunitas.


Previous Post
Next Post

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 adalah pesantren salaf yang didirikan oleh KH. Yahya Syabrowi, Menggenggam Ajaran Salaf, Menatap Masa Depan

0 comments: