Prof. Salim Said |
PPRU 1 Sosok | Salim Said, seorang tokoh
terkemuka di dunia jurnalistik, perfilman, dan akademisi Indonesia, telah
menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Sabtu, 18 Mei 2024, di usia 80 tahun.
Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi bidang-bidang tersebut, dan warisannya
akan terus menginspirasi generasi mendatang.
Masa Kecil dan Pendidikan
Lahir pada tanggal 10
November 1943, di Amparita, Parepare, Sulawesi Selatan, Salim Said memulai
perjalanan luar biasa dalam belajar dan mencapai prestasi. Ia menempuh
pendidikan di Akademi Teater Nasional Indonesia dari tahun 1964 hingga 1965,
kemudian dilanjutkan dengan studi singkat di Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia dari tahun 1966 hingga 1967. Upaya akademiknya berlanjut di
Universitas Indonesia, di mana ia menyelesaikan S1 Sosiologi pada tahun 1976.
Terdorong oleh rasa haus
akan pengetahuan, Salim Said merantau ke luar negeri untuk melanjutkan
pendidikannya. Ia memperoleh S2 Hubungan Internasional dari Universitas Ohio
pada tahun 1980, diikuti dengan S2 Ilmu Politik lainnya dari Universitas Ohio
State pada tahun 1983. Upaya akademiknya mencapai puncaknya dengan gelar Ph.D.
dalam Ilmu Politik dari Universitas Ohio State pada tahun 1985.
Kontribusi Jurnalistik dan Perfilman
Karir gemilang Salim Said
diwarnai dengan kontribusi signifikan pada dunia jurnalistik dan perfilman. Ia
pernah menjabat sebagai editor untuk berbagai publikasi, termasuk Pelopor Baru,
Angkatan Bersenjata, dan Majalah Tempo. Tulisan dan ketajaman editorialnya yang
berwawasan luas meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam lanskap media
Indonesia.
Di luar jurnalistik, Salim
Said memberikan kontribusi penting pada dunia perfilman. Keterlibatannya dalam
Dewan Film Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta semakin memperkuat posisinya
sebagai figur yang dihormati dalam kancah budaya Indonesia. Keahliannya meluas
hingga kritik film, seperti yang dibuktikan dengan ulasan dan analisisnya yang
dipublikasikan di berbagai media massa.
Keunggulan Akademik dan Karya Sastra
Prestasi akademik Salim
Said tidak terbatas pada gelar doktornya. Ia memegang jabatan profesor
terhormat dan membagikan pengetahuannya yang mendalam kepada para calon
pemikir. Dedikasinya pada dunia akademisi meninggalkan dampak yang langgeng
pada banyak siswa yang mendapat hak istimewa untuk belajar darinya.
Kemampuan sastra Salim
Said terlihat jelas dalam berbagai bukunya, yang mengeksplorasi berbagai tema
mulai dari perfilman Indonesia hingga politik militer. Karyanya, termasuk
"Profil Dunia Film Indonesia," "Militer Indonesia dan Politik: Dulu,
Kini, dan Kelak," dan "Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan
Soeharto," terus menjadi sumber berharga bagi para cendekiawan dan
penggemar.
Layanan Diplomatik dan Penghargaan
Kontribusi Salim Said
meluas di luar dunia akademisi dan seni. Ia menjabat sebagai Duta Besar
Indonesia untuk Republik Ceko dari tahun 2006 hingga 2010, menunjukkan
kemampuan diplomatik dan komitmennya pada hubungan internasional. Dedikasinya
pada pelayanan publik membuatnya mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari
rekan-rekannya dan masyarakat luas.
Warisan dan Kenangan
Kepergian Salim Said
merupakan kehilangan mendalam bagi Indonesia. Kontribusinya pada jurnalistik,
perfilman, akademisi, dan diplomasi telah meninggalkan jejak yang tak
terhapuskan pada lanskap budaya dan intelektual bangsa. Dia akan dikenang
sebagai pemimpin visioner, pendidik yang berdedikasi, dan pembela seni yang
penuh semangat.
Saat kita berduka atas
kepergiannya, mari kita juga merayakan kehidupan luar biasa Salim Said.
Warisannya akan terus menginspirasi generasi mendatang, mengingatkan kita
tentang kekuatan pengetahuan, kreativitas, dan layanan kepada komunitas.
0 comments: