PPRU 1 Sejarah | Sejarah selalu
dipengaruhi oleh perspektif penulisnya, seperti yang diungkapkan oleh sejarawan
Prancis, Jacques Le Goff. Begitu pula dalam sejarah Islam, di mana pengaruh
Barat cenderung menciptakan narasi kemunduran dalam dunia intelektual Islam.
Namun, kritik terhadap narasi ini semakin berkembang, terutama melalui karya
Recep Senturk yang mengajukan paradigma baru tentang kemunduran.
Senturk menantang klaim tentang
kemunduran peradaban Islam, khususnya dalam bidang intelektual. Dia membawa
fakta bahwa pasca al-Ghazali, masih banyak manuskrip yang belum diteliti,
menunjukkan keberlanjutan kegiatan intelektual dalam dunia Islam. Marshall G.S
Hodgson bahkan menyatakan bahwa abad ke-16 adalah puncak dominasi umat Islam,
bukan masa kemunduran.
Kritik terhadap narasi kemunduran
semakin diperkuat dengan penelitian Khaled el-Rouayheb, yang menunjukkan bahwa
abad ke-17 bukanlah masa kemunduran, melainkan periode intelektual yang
produktif. Begitu pula dengan Ahmad Dallal, yang menempatkan awal kemunduran
lebih ke belakang, bahkan sebelum pengaruh kolonialisme Eropa.
Dari penelitian ini, kita belajar
bahwa narasi kemunduran seringkali tidak mewakili kebenaran sejarah. Membaca
ulang fakta-fakta tersebut mengundang kita untuk melihat sejarah Islam dengan
sudut pandang yang lebih luas dan mempertanyakan klaim-kalaim yang dibuat dari
waktu ke waktu. Sejarah tidak selalu hitam atau putih, dan kritik terhadap
narasi kemunduran membantu kita memahami keragaman dan kompleksitasnya.
Artikel ini menawarkan perspektif
baru tentang sejarah intelektual Islam, menantang pandangan yang dominan selama
ini. Dengan kata kunci yang relevan, artikel ini diharapkan dapat menarik
perhatian pembaca yang ingin memahami lebih dalam tentang kompleksitas sejarah
Islam dan kritik terhadap narasi kemunduran yang seringkali dianggap sebagai
kebenaran mutlak.
0 comments: