PPRU 1 Hikmah | Artikel ini
membahas tentang kepemimpinan moral Rasulullah Muhammad saw dalam menghadapi
peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Peristiwa ini merupakan bagian dari sejarah
kehidupan Rasulullah dan menunjukkan sikap beliau yang penuh dengan kedamaian,
kebijaksanaan, dan ketaatan kepada perjanjian.
Latar Belakang Peristiwa Hudaibiyah
Rasulullah Muhammad saw memiliki
rencana untuk melakukan ibadah haji ke Makkah, tetapi tanpa membawa senjata
sebagai tanda damai. Meskipun sebagian pengikutnya merasa cemas mengingat
konflik antara penduduk Madinah dan Makkah, Rasulullah tetap teguh dengan
niatan baiknya.
Tidak Membawa Senjata
Rasulullah menolak membawa senjata
dalam perjalanan haji, walaupun ada kekhawatiran dan ketakutan di antara para
sahabat. Baginya, niat ibadah haji harus murni tanpa ada rencana untuk
menaklukkan Makkah atau memulai ekspedisi militer.
Sikap Damai dan Rendah Hati
Perjalanan Rasulullah ke Makkah
tanpa senjata sebagai tanda damai menunjukkan sikap damai dan rendah hati.
Meskipun beberapa sahabat mungkin menentang keputusan ini, Rasulullah tetap
teguh dan menunjukkan sikap rendah hati dalam menjalani perintah Allah.
Perlawanan dari Kaum Quraisy
Kaum Quraisy merespons perjalanan
Rasulullah dengan mengutus pasukan untuk menghadang mereka. Khalid bin Walid
dan pasukannya bersiap untuk menyerang kelompok tak bersenjata tersebut.
Tanda Damai dari Unta Qaswa
Saat tiba di Hudaibiyah, unta Qaswa
yang dikendarai Rasulullah menolak untuk bergerak. Rasulullah mengartikan hal
ini sebagai tanda untuk kembali tanpa berperang. Meskipun sahabat meneriaki
unta agar bergerak, Rasulullah menegaskan bahwa perjalanan ini dilakukan dengan
semangat damai.
Perundingan dan Perjanjian Hudaibiyah
Rasulullah menegaskan bahwa dalam
perundingan dengan Quraisy, ia akan menyetujui apa pun yang diminta oleh
mereka. Kesepakatan Hudaibiyah akhirnya tercapai, meskipun dinilai merugikan
oleh beberapa sahabat. Rasulullah menunjukkan sikap rendah hati dan kesediaan
untuk memenuhi permintaan Quraisy, sekaligus menjaga perdamaian.
Pemilihan Utsman bin Affan
Rasulullah mengutus Utsman bin
Affan untuk melobi petinggi Quraisy agar memperbolehkan masuk Kota Haram.
Meskipun upayanya bertepuk sebelah tangan dan tersebar kabar bahwa Utsman
dibunuh, Rasulullah tetap teguh dan mengambil sumpah setia para pengikutnya.
Menghapus dan Mengganti Frasa
Selama perundingan, Suhail bin Amr
mencoba mengubah beberapa frasa dalam perjanjian, seperti mengganti gelar
"Muhammad Rasulullah" menjadi "Muhammad bin Abdullah."
Rasulullah menunjukkan kesabaran dan kemudahan dalam menghadapi permintaan
tersebut.
Keberangkatan ke Makkah Tahun Berikutnya
Perjanjian Hudaibiyah menyatakan
bahwa Rasulullah dan sahabatnya tidak diizinkan masuk Makkah pada tahun
tersebut, tetapi baru boleh pada tahun berikutnya. Saat tiba di Makkah tahun
berikutnya, Rasulullah dan pengikutnya menjalankan ibadah dengan tenang tanpa
menunjukkan sikap berlebihan.
Perjanjian Hudaibiyah menunjukkan
kepemimpinan moral Rasulullah yang mencintai kedamaian, memegang teguh
perjanjian, tidak mengingkari kesepakatan, dan sikap rendah hati dalam
menghadapi segala rintangan. Artinya, Rasulullah memilih jalur damai demi kepentingan
umat Islam. Keputusan dan sikap beliau dalam peristiwa ini memberikan pelajaran
tentang pentingnya kesabaran, rendah hati, dan ketaatan kepada nilai-nilai
Islam.
0 comments: