PPRU 1 News | Pada
Sabtu (23/12), Candra Malik, yang pernah bekerja selama 10 tahun di Jawa Pos,
berbagi pengalaman jurnalistiknya kepada awak media pesantren se-Jawa Timur
dalam acara Multaqo Akbar dan Media Pondok Jatim Fest yang diadakan di Pondok
Pesantren Al-Falah, Kikil, Pacitan. Berbicara dalam acara talkshow "Taktik
Ideal Pesantren Kuasai Dunia Digital," Malik memberikan wawasan tentang
tantangan dan strategi dalam dunia jurnalistik modern.
Persaingan
antara Media Cetak dan Online
Dalam
memproduksi berita dan konten, Malik menyoroti persaingan antara media cetak
dan media online. Dia mengungkapkan bahwa musuh utama media cetak bukanlah
sesama koran, melainkan televisi dan media online. Keunggulan media online
terletak pada kemampuannya menyajikan informasi secara real-time, sementara
media cetak tetap harus mencetak berita mereka, yang dapat membuat beritanya
menjadi basi.
Namun, Malik
juga menyoroti kelemahan media online, seperti kecenderungan menyunting konten
seenaknya, mengutamakan kecepatan daripada ketepatan, dan sering kali
menghasilkan konten asal-asalan yang memprioritaskan judul yang menarik
daripada substansi berita.
Tantangan di
Media Online
Malik
menyampaikan keprihatinannya terkait kecenderungan wartawan online yang
meninggalkan etika jurnalistik, terutama dalam hal kecepatan. Dia menekankan
pentingnya mempertahankan ketepatan dan kecermatan dalam menyajikan informasi.
Kesalahan seperti typo dan lead yang tidak tepat bisa merusak kepercayaan
pembaca.
Menurut Malik,
wartawan online perlu membiasakan diri membaca dan mengedit ulang tulisan
mereka untuk meningkatkan kualitas. Kesalahan elementer seperti typo dan
kesalahan penulisan nama dapat menghilangkan kepercayaan pembaca.
Pesan untuk
Penulis dan Media Pesantren
Candra Malik
memberikan pesan khusus kepada wartawan dan penulis di lingkungan pesantren.
Dia menekankan bahwa kualitas tulisan sangat penting untuk mempertahankan
kepercayaan pembaca. Dalam menghadapi kompetisi dengan penulis lain, penting
untuk menyajikan konten yang berkualitas dan mudah dicerna oleh pembaca dari
berbagai latar belakang pengetahuan.
Malik juga
mengingatkan bahwa, meskipun penulis mungkin cerdas, penggunaan bahasa yang
umum dan mudah dimengerti oleh semua orang adalah kunci agar tulisan dapat
tersampaikan dengan baik kepada siapa pun, termasuk golongan yang paling lemah
pengetahuannya.
Berdakwah dalam
Era Digital
Dalam konteks
dakwah, Malik menekankan pentingnya berdakwah secara "heart to heart"
daripada "head to head." Dia menggambarkan bahwa berdakwah secara
"head to head" adalah adu kepala, sementara berdakwah secara
"heart to heart" adalah adu melembutkan hati. Pendekatan yang lebih
lembut ini, menurutnya, lebih sering berhasil di masyarakat.
Candra Malik
mengakhiri sesi talkshow dengan mengingatkan semua peserta bahwa dunia digital
membawa tantangan baru dan melimpahnya informasi, termasuk sampah informasi.
Oleh karena itu, penting bagi penulis dan media pesantren untuk berperang
melawan konten negatif dengan menyajikan konten yang baik dan dapat menyentuh
hati pembaca.
Saat ini, di
era digital, tantangan terbesar adalah bagaimana media pesantren dapat bersaing
dengan konten negatif dan meraih perhatian pembaca. Malik mengajak para penulis
dan media pesantren untuk tetap menjaga kualitas tulisan, menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti, dan berdakwah dengan pendekatan yang lembut untuk
mencapai tujuan mereka.
Dengan
demikian, Candra Malik memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika media,
tantangan dalam era digital, dan pentingnya berkomunikasi secara efektif dalam
berdakwah.
0 comments: