Hal di atas disampaikan pada Jumat
(24/11/2023) dalam khutbah Jumat di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jalan Kramat Raya
164 Jakarta.
Gus Ulil mengutip firman Allah dalam
Al-Qur'an, Surat Al-An'am ayat 68. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada
Nabi Muhammad untuk menghindari ajakan debat dari kaum kafir Makkah.
Suatu ketika, Nabi Muhammad berhadapan
dengan orang-orang kafir Makkah yang memperolok, mencerca, dan menghina
ayat-ayat dan firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad di dalam
Al-Qur'an.
"Jika engkau wahai Muhammad,
melihat orang-orang kafir di Makkah pada saat itu, mereka berbincang-bincang
mengenai ayat-Ku, mengenai firman-Ku, mengenai Al-Qur'an, maka janganlah engkau
ikut bersama mereka. Maka berpalinglah engkau dari mereka," demikian Gus
Ulil menerjemahkan ayat tersebut.
Ayat ini, menurut Gus Ulil menandakan
bahwa berdebat mengenai sesuatu yang berkaitan dengan agama, terutama
bersangkutan dengan Al-Qur'an, tak jarang justru akan menimbulkan akibat yang
kurang baik.
"Karena itu, Kanjeng Nabi
Muhammad diperintah oleh Allah untuk tidak berdebat dengan orang-orang
kafir Makkah mengenai ayat Al-Qur'an. Karena seringkali perdebatan itu
tujuannya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi mencari kemenangan bagi orang
yang berdebat," tutur Pengampu Ngaji Ihya Online itu.
Gus Ulil kemudian menjelaskan tentang
penyakit mulut yang dibahas oleh Imam Ghazali di dalam Kitab Ihya Ulumiddin. Di
dalam kitab Ihya disebutkan ada 20 penyakit mulut.
"Yang dimaksud di sini bukan
penyakit gigi, tetapi penyakit-penyakit yang bisa muncul dari mulut
manusia," papar Gus Ulil.
Salah satu dari ke-20 penyakit itu
adalah al-mira' wal jidal yakni penyakit suka berdebat atau adu bicara dengan
orang lain dengan tujuan bukan untuk mencari kebenaran.
Tetapi bertujuan untuk mengunggulkan
diri sendiri, membesarkan ego sendiri, bukan untuk mencari kebenaran.
Sementara perdebatan yang
diperbolehkan dalam Islam adalah perdebatan yang sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran. "Tetapi perdebatan semacam itu seringkali tidak terjadi,"
ucap Gus Ulil.
Kemudian ia menjelaskan sebuah hadits
yang menyatakan bahwa suatu masyarakat tidak akan tersesat setelah diberi
petunjuk oleh Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan.
"Jadi, perdebatan itu justru
seringkali menjauhkan orang-orang dari kebenaran," ucapnya.
Meninggalkan pembicaraan, meski benar, Gus Ulil juga mengutip hadist
Nabi Muhammad SAW bahwa seorang hamba belum sempurna iman dan agamanya jika
tidak bisa meninggalkan pembicaraan meski berada di pihak yang benar.
Hadits lain
mengatakan jika seseorang mampu melakukan hal-hal tersebut, maka ia akan
mencapai keimanan atau keimanan yang hakiki, ada enam hal. Salah satunya akan
meninggalkan pembicaraan meskipun anda berada di pihak yang benar.
Gus Ulil kemudian mengungkap makna
mira' dan jidal, penyakit mulut sebagaimana yang dijelaskan Imam Ghazali dalam
kitab Ihya Ulumiddin.
"Setiap usaha kita untuk
menentang omongan atau pembicaraan orang lain dengan cara menyebutkan
kekurangan-kekurangan di dalam pembicaraan itu. Itu yang disebut dengan
mira'," jelas Gus Ulil.
"Kemudian yang disebut dengan
jidal adalah kita mencoba untuk menunjukkan kelemahan orang lain dengan cara
memperlihatkan kekurangan-kekurangan di dalam omongan dan pembicaraan, dan
menuduh orang yang kita ajak berdebat sebagai orang yang bodoh," imbuh Gus
Ulil.
Menurut Gus Ulil, jidal dan mira'
terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Pada jidal, ada unsur ingin menunjukkan
diri lebih unggul dan orang yang diajak berdebat berada pada posisi yang lebih
rendah.
"Ini semua oleh Imam Ghazali,
oleh para ulama, Kanjeng Nabi, disebut sebagai penyakit-penyakit mulut yang
harus dihindari umat Islam," pungkas Gus Ulil yang kemudian dilanjut
dengan salat Jum’at bersama.
0 comments: