Di
hening malam kala bintang berkelip,
Rindu merayap dalam dada yang pilu.
Kutatap langit, cahaya gemerlap tak terhingga,
Seperti kasih yang takkan tergantikan oleh siapapun juga.
Rindu kepada orang tua, sungguh tak terhingga,
Bagai angin yang tiada henti berhembus dalam jiwa.
Dalam peluk hangat mereka dahulu ku berteduh,
Kini hanya kenangan yang tersisa, seakan-akan
mimpi yang pernah terjadi.
Dari langit yang sama, mereka mengajarkan bermimpi,
Merangkai cita, dan tekad takkan pernah luntur.
Menyeka air mata saat jatuh, tangan mereka selalu
hadir,
Hingga langkah tegar ku langkahkan, tak gentar di
tiap liku.
Terima kasih, oh orang tua, atas cinta tulus dan
sabar,
Pijar kasih yang mengalir tiada tergantikan oleh
harta.
Meski jasad tak lagi bersua, namun rohmu tetap
hadir,
Menuntun langkah dan membimbing hidupku dalam
jalan yang lurus.
Kala rindu datang menghampiri,
Kucium foto di dinding, menyeka kembali air mata
mengalir.
Oh, betapa ku rindu suara mesra panggilan
"anakku",
Kini hanya angin sepoi yang menjawab, di kala
rindu terus berlanjut.
Walau tak hadir lagi di samping,
Cinta dan kasih takkan pernah pudar,
Kuserahkan doa dalam setiap nafasku,
Semoga kalian bahagia di surga-Nya yang abadi.
Rindu kepada orang tua, yang kian mengukir cerita,
Namun kini berpisah jalur, saling berjauhan waktu.
Kumohon doa restu selalu menaungi,
Hingga tiba saat bersua di taman surgawi.
Dalam doa, kuikat rindu ini dengan indah,
Sebagai ungkapan cinta, walau tak terucap lisan.
Oh, orang tua, kalian keabadianku,
Dalam setiap detak jantung, kalian tetap ada,
takkan pernah lenyap.
*Oleh: Brother Sedih
0 comments: