Kita semua pasti sudah akrab dengan istilah
bullying atau mungkin sudah ada juga yang pernah mengalaminya. Bullying
adalah sebuah tindakan yang ditunjukkan untuk menghina, mempermalukan, dan mengintimidasi
orang lain. Para pelaku bullying biasanya adalah mereka yang tidak
menemukan atau mendapatkan bahagia di dalam dirinya karena suatu hal, hingga
akhirnya mencari tempat meluapkan emosi.
Ada banyak jenis bullying,
bisa menyakiti dalam bentuk fisik, seperti memukul, mendorong dan
sebagainya. Dalam bentuk verbal bisa dengan menghina, membentak, dan
menggunakan kata-kata kasar. Bullying bisa terjadi di manapun, baik
di sekolah dan sebagainya, bahkan di pesantren pun juga ada. Dengan
berbagai cara untuk mengintimidasi seseorang dengan menindas yang lemah,
menindas yang lebih kecil maupun lebih besar, dan juga yang muda
maupun yang tua.
Bullying itu sangat menyakitkan.
Tiap hari direndahkan, di caci maki, di jelek-jelekan, dan di kucilkan,
sehingga dapat menimbulkan trauma yang sangat menyakitkan serta
menyerang mental dan psikis seseorang. Si pelaku bullying
dengan
bangga tertawa di atas kesedihan orang lain, dan malah
bersenang-senang dengan bully-annya yang ia sebut sebagai hiburan.
Di kalangan pesantren, istilah bullying mungkin sudah tidak asing lagi. Santri
baru di-bully oleh senior, atau santri biasa-biasa saja di-bully oleh yang luar biasa.
Lalu, kita harus bagaimana jika menjadi korban bullying?
Pernah
suatu ketika saya mendengar influencer muda, Sherly Annavita Rahmi,
dimana dia menyampaikan apa yang dia pikirkan pada segmen “Pernah jadi
pelaku atau korban bullying”. wanita berdarah aceh itu pernah menyampaikan
solusi bagaimana cara menyikapi jika menjadi korban bullying; kalau bullying-nya
sudah menyangkut kekerasan fisik, maka tentu solusinya adalah hindari si pelaku
tadi.
Namun kalau bullying-nya
hanya lewat gestur dan ucapan saja, maka tentu kita bisa menghadapi dengan
hanya mengingatkan bahwa perbuatan itu adalah salah, atau bisa juga dengan mendiamkannya.
Yang jelas, tidak perlu diambil hati ketika sedang dipermalukan atau diejek
oleh seorang pem-bully, karena justru itulah yang
mereka inginkan, mereka akan senang melihat kita terganggu atau tersinggung.
Baru-baru ini saya mendengar bahwa banyak
di antara teman-teman pondok tidak kerasan karena menjadi korban
bullying. Dari bullying ini kita bisa belajar bahwa mencari obat rasa
sakit dan pengakuan dengan cara berlaku kasar, menghina dan meledek orang lain
adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Kalau kita memang ingin mendapatkan
kesembuhan hati, pengakuan, dan penghargaan dari orang lain,
maka berusahalah menjadi pribadi yang
bermanfaat dan hargai orang lain.
Setuju kan, teman-teman?
So, mulai sekarang, STOP BULLYING!!!
Oleh: Istiqlalia
Alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1
0 comments: