2005
Saya bersama umi, istri saya Luluk Mamluah, dan kedua anak
saya --Aghis dan Amor-- melakukan rihlah di Kalimantan Barat, selama kurang
lebih 40 hari. Kunjungan ini dalam rangka silaturahmi kepada sanak famili dan
para alumni. Adik umi ketiga, Yai Abd. Syakur, mukim di Peniraman. KH.
Qomaruddin, paman umi, ayahnya Sulhan Johan, berdomisili di Sui Pinyuh.
Saat itu kami mengunjungi hampir semua alumni yang tersebar di beberapa wilayah, mulai yang di perkotaan hingga ke pedalaman, termasuk ke Parit Surabaya, Sui Ambawang. KH. Hanafi Khalil, sempat mengabadikan perjalanan dengan speedbord yang menegangkan ini.
2016
Saya minta izin ke umi mau jalan-jalan Lombok. Anita
Kurniawati, teman sekelas istri saya waktu sekolah MTs RU, tinggal di Mataram
bersama suaminya. Dengan spontan umi
menjawab, "Iyeh lok papah. Ken engko nuroah. Engko nyunguah MTQ. (Iya
tidak apa-apa. Tapi saya mau ikut. Saya
mau menyaksikan MTQ)" Kebetulan MTQ
Nasional ke-26 diselenggarakan di Mataram, Lombok Barat, NTB.
Kurang lebih seminggu kami tinggal di rumah Anita. Sebelum
pembukaan MTQ, kami sempat mengunjungi
alumni di Lombok Utara dan wali santri di Gili Trawangan. Selama MTQ
berlangsung, pagi hari saya mengantar umi ke lokasi, lalu saya jemput sebelum
Duhur. Setelah istirahat siang, sore saya antar lagi sampai sebelum Magrib.
Malam hari istirahat di rumah Anita.
Umi terlihat begitu menikmati acara perlombaan ini. Seolah
mengenang pengalaman masa lalu, saat menjadi peserta qoriah tingkat
internasional di Kuala Lumpur, sekitar tahun 1967
Dari dua perjalanan ini, yang paling terkenang adalah umi tetap menjaga waktu salat, sama saat beliau berada di rumah. Sekitar tiga puluh atau lima belas menit sebelum azan, umi selalu berwudu dan bersiap-siap untuk salat dengan membaca Al Quran atau berzikir.
2018
Adik saya, Gus Ma'ruf Khozin, mengajak umi untuk
melaksanakan umroh. Di Mekah, umi sempat bertemu dengan adik beliau yang no 7,
Bin Fadli. Sepulang dari tanah suci, umi sering menitipkan uang kepada saya.
"Engko metoroah pesse ke kakeh. Gebei apah, apah cang gu agguk. Ken mun
kakeh umroh, engko nuroah. (Saya mau menitipkan uang kepadamu. Untuk apa
terserah nanti. Tapi kalau kamu mau umroh, saya mau ikut)
Uang yang umi titipkan sebenarnya sudah cukup untuk umroh
pada bulan Maulid tahun kemarin, tetapi karena pandemi, rencananya mau
berangkat bulan Maulid tahun ini.
Namun Tuhan punya rencana lain. Allah memanggil umi lebih
cepat dari yang saya duga.
Kepada semua alumni, wali santri, atau siapapun, dengan
kerendahan hati saya berharap, kiranya berkenan menghalalkan dan memaafkan
semua kesalahan umi
Allah yarhamuk, Umi
0 comments: