JEJAK PPQ AL-QOSIMI
PUTUKREJO GONDANGLEGI
MALANG
Oleh: Gus Mad
Sejarah
Singkat
Pondok
Pesantren Al-Qur’an (PPQ) Al-Qosimi adalah pesantren tahfidz yang berdomisili
di desa Putukrejo kecamatan Gondanglegi kabupaten Malang. Pesantren yang
dikhususkan bagi santri putri itu tercatat lahir pada tanggal 03 Oktober 2014 M
atau 08 Dzulhijjah 1435 H. Sejak tanggal 29 November 2016, nama pesantren
tahfidz ini mengalami perubahan dari PPQ-RU 2 manjadi PPQ Al-Qosimi. Perubahan
tersebut disebabkan oleh keinginan Ning Maria Ulfa, selaku Pengasuh, yang
mendambakan berkah (tabarruk) dengan semudera ilmu dan karomah kemuliaan KH
Qosim Bukhori sebagai pendiri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 2 Putukrejo
Gondanglegi Malang.
Di
awal-awal proses berdiri pesantren ini dimulai dari tiga orang santri yang
berminat menyetorkan bacaan Al-Qur’an kepada Ning Maria Ulfa di rumahnya kala
itu sudah berada di lokasi belakang dalam lingkungan PPRU 2. Ketiga santri
putri tersebut adalah Nur Aini, Maftuhah dan Maulidiya, dengan ragam setoran;
bil ghaib dan binnadzar. Pada mulanya, ning yang biasa dipanggil Ning Ulfa itu,
enggan menyertai mereka berdua secara serius karena kesibukan sebagai guru di
SMA RU 2 saat itu telah banyak menyita waktunya. Sejak tahun 2008, Ning Ulfa
telah berperan aktif mengajar di unit formal, bahkan pada tahun 2011 sekian
bulan seusai lulus dari IAI Al-Qolam Gondanglegi ia mengikuti pelatihan guru
sertifikasi di Surabaya dan dinyatakan lulus pada tahuan 2012.
Namun
kegigihan ketiga santri itu, akhirnya membuat hati Ning Ulfa berubah dari
sedikit kesal menjadi trenyuh, sehingga bertekad menanggalkan status guru di
unit formal demi meladeni santri-santri yang tetap getol melakukan setoran
bacaan pada putri bungsu Yai Qosim itu. Secara bertahap jumlah peserta
setor-baca Al-Qur’an yang dilakukan usai shalat Shubuh itu bertambah dan terus
bertambah dari tiga, delapan, empat belas hingga akhirnya menjadi dua puluh
lima santri. Memperhatikan grafik santri putri yang kian menanjak, membuat Ning
Ulfa mulai berfikir persoalan tempat tinggal yang kemudian merelakan ruang
makan disulap menjadi kamar inap mereka dengan menyekat kamar santap keluarga
menjadi dua petak.
Setelah
dilihat jumlah santri calon penghafal Al-Qur’an kian meroket, Ning Maria Ulfa
mengutarakan kondisi tersebut sekaligus memohon doa restu kepada Nyah Hj.
Zainab Qosim, maka pada pertengahan tahun 2015 Nyah Hj. Zainab Qosim meminta H.
Lukman, agar mewakafkan tanah dan bangunan dibelakang rumah Ning Maria Ulfa
untuk kepentingan hunian para santri penghafal Al-Qur’an. Di tahun itu, ruang
hunian diperlebar ke arah timur sesuai luas tanah yang diberikan oleh salah
satu ahli waris Abah Mahmudji tersebut.
Pada bulan Juni 2018, Pengasuh PPQ
Al-Qosimi Putukrejo mengeluarkan
informasi bahwa mengingat fasilitas pesantren yang terbatas, maka kuota
penerimaan santri baru tahun ajaran 2018/2019 diancang hanya menerima 10 orang.
Berkaitan dengan kabar itu, Ning Ulfa sebagai Pengasuh memohon maaf jika
pendaftaran santri baru ditolak. Hal demikian dilakukan semata-mata demi
kenyamanan santri, karena ruang huni mereka yang sudah tidak layak untuk
ditambahkan santri baru.
Kondisi demikian ini membuat Nyah
Hj. Zainab Qosim tergerak untuk kembali
melobi keluarga (almarhum) Abah Mahmudji supaya mempertimbangkan lahan di utara
rumah Ning Ulfa. Melalui berbagai proses, akhirnya pada bulan Agustus 2018, PPQ
Al-Qosimi menerima hibah tanah seluas
736 M² dari keluarga besar (almarhum) Abah Mahmudji. Pelaksanaan pengukuran
lahan kosong itu selain dihadiri wakil keluarga Abah Mahmudji, juga disaksikan
oleh keluarga (almarhum) KH Qosim Bukhori. Pada tahun 2019 dimulai pembangunan
gedung kamar yang diancang tiga lantai di atas lahan tersebut dengan proyeksi
lantai pertama sebagai kamar hunian, lantai dua sebagai ruang aula dan lantai tiga
ruang kelas.
Pada
akhir tahun 2020 pembangunan gedung dua lantai telah dimulai. Pembangunan yang
masih berlangsung ini (tahun 2021) diproyeksikan lantai bawah sebagai kamar
kecil, lantai atas diperuntukkan sebagai tempat cuci dan jemuran.
Tiga
Landasan
Kelahiran
pesantren yang di kemudian hari menjadi bagian dari unit PP Raudlatul Ulum 2
Putukrejo itu didasarkan pada tiga landasan pokok, yaitu:
Pertama,
Firman Allah SWT:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ
اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
[QS.
08:02]
Kedua,
pesan KH Qosim Bukhori: “Kalau diberikan rezeki anak perempuan, suruh
menghafal Al-Qur’an saja di zaman sekarang. Biar lebih selamat.”
Ketiga,
nalar ilmiah: Kemajuan teknologi disertai kebebasan tanpa batas yang melahirkan
kehidupan paradoks dengan nilai-nilai agama membuat degradasi moral generasi
muslim dipandang mulai mencapai titik nadir mengkhawatirkan. Sebab itulah,
satu-satu solusi penyelamatan adalah kembali kepada pedoman agung dalam Islam.
Program
Kegiatan
Rutinitas di PPQ Al-Qosimi memuat
aspek hafalan: [1] Baca-simak (setoran) kepada Pengasuh bagi santri yang telah mencapai
per-lima juz, dan kepada para ustadzah bagi santri yang belum mencapainya; [2] Pengulangan
(muraja'ah) bagi santri yang memperlancar hafalan, baik individu maupun dengan teman
sebaya. Ujian (imtihan) bagi santri yang telah menambah hafalan melalui tahapan
ustadzah dan Pengasuh; [3] Baca umum (majelis qira'ah) bagi santri yang telah lulus
verifikasi tertentu untuk membaca Al-Qur’an lewat pengeras suara; [4] Baca
personal di makam Yai Qosim Bukhori bagi santri yang telah berhak memperoleh legalisasi
dari Pengasuh.
Selain itu, ada pula program kegiatan
yang memuat aspek ubudiyah: [1] Shalat berjamaah lima waktu yang harus diikuti oleh
santri sejak suara adzan dikumandangkan dengan ketentuan mendengarkan, menjawab
dan membaca doa setelah adzan secara bersama-sama, lalu ditutup dengan wiridan dan
doa; [2] Shalat tahfidz malam Jumat secara berjamaah; [3] Ziarah maqbarah
pendiri PP Raudlatul Ulum 2 Putukrejo setiap satu pekan sekali yang diikuti
oleh seluruh santri guna memperkuat ikatan batin antara guru dan santri.
Sebagai perwujudan dari proses
menghafal yang dilaksanakan secara bertahap, sejak tahun 2019 Ning Ulfa menerapkan
seleksi santri baru hanya terdiri tingkat SMP, sedangkan untuk tingkat selain SMP
akan di tes terlebih dahulu sebelum benar-benar di terima di PPQ Al-Qosimi.
Seluruh santri yang lolos validitasi diwajibkan mengikuti program Metode Qiroaty,
supaya proses hafalan terbebas dari ketidakmampuan bacaan. Pengasuh juga
menganjurkan bagi santri senior agar mengikuti program Pembinaan Guru Metode
Qiroaty sebagai bekal tambahan kelak ketika berada di tengah-tengah masyarakat.
Di luar rutinitas inti, para santri
dibiasakkan menjaga kebersihan lingkungan dengan memilah sampah anorganik (sampah
kering), dan sampah organik (sampah basah) sehingga pada akhir tahun 2020, para
santri mampu menghasilkan dana dari pemberdayaan sampah ini. Di samping para santri
diajari memasak dengan memberlakukan piket masak setiap pekan secara bergilir,
mereka juga diberikan kesempatan berolah raga dengan mendatangkan instruktur
senam dari luar setiap hari Jumat.
Dalam persoalan perizinan, Ning Ulfa memprioritaskan santri yang sakit. Bila berdomisili sekitar daerah Malang, maka diharuskan untuk pulang. Bila berasal dari wilayah yang jauh, maka pengurus segera melayani kesehatannya secara maksimal. Hal lain yang membuat PPQ Al-Qosimi berbeda dengan kebanyakan pesantren adalah kewajiban para santri berbahasa halus dengan sesama sahabat, tanpa memperdulikan strata santri senior atau yunior. Perilaku ini ternyata melahirkan sikap-sikap yang lebih kental dengan kesantunan antar sejawat.{gm/2021}
Akidah, Sifat, Visi dan Misi PPQ Al-Qosimi Putukrejo
Akidah: “Islam Ahlissunnah wal Jamaah”.
Sifat: “kekeluargaan, kemasyarakatan dan keagamaan”.
Visi: “Menghantar santri menjadi pembaca, penghafal
dan pengajar Al-Qur’an”.
Misi: [1] Mencetak peserta didik yang mampu membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai ilmu tajwid; [2] Menciptakan peserta didik sebagai penghafal Al-Qur’an; dan [3] Menjadikan peserta didik yang memiliki kemampuan mengajarkan Al-Qur’an.
0 comments: