TAK THOK
NOW
oleh:
kang bashir
tak thok now, kalimat sederhana tapi penuh makna. Sekelumit kalimat yang lagi
hangat-hangatnya diperbincangkan ini mengundang sejuta tanda tanya, khususnya
di kalangan senior. Jika ditelusuri lebih dalam lagi, banyak sekali spekulasi
yang dapat diraba,
tapi kebenaran hanya ada pada si pengucap, ke arah mana kalimat ini ia tujukan.
Kalimat
yang berasal dari bahasa Jawa ini jika ditilik secara filosofis menggambarkan
suatu gejolak bathiniyah yang disebabkan oleh suatu kejadian tertentu
yang sedang dialami, sehingga membuatnya tak kuat mengontrol diri, yang
kemudian secara spontanitas terluapkan melalui anggota dhohiriyah, dalam
kasus ini yaitu lisan. Ini merupakan hal yang wajar karena psikologi seseorang
itu bisa terpengaruhi oleh factor luar. Sehingga terkadang bisa diketahui
kondisi hatinya, sedang senang atau tidak.
Namun
tak penting untuk mengetahui apa maksud dari kalimat itu, siapa yang
mengucapkannya, dan untuk siapa kalimat itu ditujukan, yang terpenting adalah
makna dibaliknya. Sebagaimana dijelaskan diatas. Karena sebenarnya kalimat ini-menurut
fakta yang beredar merupakan ekspresi dari kegeraman hati seseorang
terhadap suatu kejadian yang tak sesuai dengan yang dikehendaki. Cocok sekali jika
diibaratkan dengan apa yang sedang dirasakan oleh kalangan senior saat
ini. dan mungkin juga kalimat ini bisa menggambarkan unek-unek yang
sudah lama dipendam. sehingga membuat rasa geram ini semakin memuncak.
Geram
akan apa? mungkin pertanyaan ini akan muncul tiba-tiba dalam kepala. Geram akan
kelakuan sebagian kalangan junior jawabannya. Ya, siapa yang tak
geram dan risih dengan ulah-ulah mereka yang berseberangan dengan tata tertib
pesantren. Tak hanya sekali-dua-kali mereka diperingatkan. Bahkan berkali-kali
dipanggil dan disanksi. Namun tetap saja. Jika demikian apa yang harus
dilakukan?. Ya, mungkin perlu ketegasan yang tak memihak. Semua elemen harus
padu dalam memberikan suatu keputusan, sehingga tidak saling tumpang tindih. Karena
ini tata tertib, yang sedari dulu memang sudah ditegakkan, sehingga tak ada
yang berani main-main dengan peraturan.
Dalam
lingkungan pesantren undang-undang ataupun tata tertib sudah menjadi hal yang
wajib untuk dipatuhi. tidak ada toleransi. setiap pesantrenpun berbeda-beda
dalam menentukan aturannya, sesuai dengan kebijakan masing-masing yang telah
disetujui oleh muassis (pendiri) pesantren. dan ini bukanlah hal yang
serampangan, karena para muassis
itu penuh perhitungan dan pertimbangan dalam mengambil suatu kebijakan.
bahkan tak jarang, terkadang melalui proses spiritual yang tak semua
orang bisa melakukannya. sehingga tak heran jika santri mematuhi apa yang telah
ditetapkan oleh muassis sebagai tata tertib pesantren, akan membuahkan
suatu keberkahan tersendiri yang tak bisa diduga-duga.
Nah sekarang, tugas seorang santri adalah bagaimana
caranya agar ia tetap bisa menjaga dirinya untuk tidak melanggar tata tertib
pesantren yang telah dibuat. karena pada dasarnya semenjak pertama kali ia
menginjakkan kakinya di pesantren berarti ia telah mengikrarkan diri untuk ikut
dan tunduk pada semua kebijakan pesantren. sehingga tidak ada alasan untuk
membrontak ataupun bertindak semaunya. semisal undang-undang pesantren yang
melarang semua santri untuk tidak keluar dari area pesantren pada jam tertentu,
atau larangan untuk menginap di luar pesantren. maka bukanlah seorang santri
yang patut dicontoh jika ia tidak kembali kepesantren sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, apalagi sampai menginap diluar pesantren bahkan tidak pulang
sampai berhari-hari tanpa izin. sebanyak apapun kegiatan seorang santri dan
sepenting apapun urusan mereka diluar area pesantren, selama ia masih berstatus
sebagai santri aktif dipesantren, maka tidak bisa menjadikan hal itu sebagai
alasan untuk melanggar peraturan pesantren, apalagi sampai menentangnya.
Tidak
ada tawar menawar untuk peraturan pesantren. agar keseimbangannya tetap
terjaga. santri yang semacam itu perlu menyadarkan diri bahwa pesantren bukan
tempat yang bisa keluar masuk se-enaknya sendiri. bak kos-kosan yang bebas mau
pulang-pergi kapan saja. semua ada tatanannya. jika ingin bebas berkeliaran
semaunya, dan fokus dengan kegiatannya diluar pesantren, maka hanya ada satu
pilihan. keluar dari pesantren dengan cara terhormat yaitu sowan pada
kyai. sampaikan apa adanya kepada beliau sesuai kenyataan yang terjadi. jika
kyai mengizinkan, silahkan lakukan hal yang dianggapnya itu penting dengan
penuh tanggung jawab dan kedewasaan. tapi jika tidak, maka ikutilah apa yang
di-dawuh-kan oleh kyai. tak usah mencari berbagai alasan untuk membela
diri. karena pasti ada kebaikan dibaliknya yang tak kita ketahui.
Semua
santri mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing terhadap pesantren. dan itu
harus dipenuhi. begitupun yang telah dilakukan oleh pesantren. semua telah disediakan.
mulai dari kebutuhan jasmani (semisal makan, mandi, minum, kamar dan yang
lainnya) hingga kebutuhan ruhaniyah pun tak kurang-kurang diberikan oleh
pesantren. bagaimana dengan santri saat ini ? apakah mereka sudah memenuhi
haknya kepada pesantren ?. mungkin tidak semua. kebanyakan mereka hanya
mengeluhkan apa yang telah disediakan pesantren, sampai mereka lupa untuk
menanyakan pada diri sendiri, apa yang telah mereka berikan kepada pesantren,
apakah mereka sudah melaksanakan kewajiban pesantren?. ini perlu disadari dan
direnungkan oleh setiap santri, agar tidak hanya memikirkan-sesuatu yang
mereka anggap sebagai-kekurangan pesantren, tapi juga merenungkan
kekurangannya sendiri terhadap pesantren, terlebih turut membantu menjaga
sendi-sendi kehidupan pesantren dan harapan para masyayikh terhadap pesantren.
sehingga tidak mudah menyalahkan setiap kebijakan dan tindakan pesantren. bertindaklah
selayaknya santri, yang selalu menjaga etika kesantriannya. bukan hanya
penampilannya saja ala santri tapi perilakunya tidak menunjukkan nilai
kesantrian sama sekali.
“Tumbuhkanlah
mahabbah sebesar mungkin pada pesantren dan turut andillah didalamnya.
insya’allah sendi-sendi pesantren menjadi berkesan dihati dan senantiasa
menjelma didalam kerinduannya”. begitulah kira-kira ungkap Gus Shofi
Mustajibullah dalam postingan di akun facebooknya.
0 comments: