Solidaritas ala
Pesantren
Oleh: Gus Shofi Mustajibulloh
Membangun kepercayaan
antara satu pihak dengan pihak lainnya merupakan keniscayaan yang harus di
terapkan. Sebab manusia memang di titahkan sebagai makhluk sosial, bukan
individual. Apalagi seseorang yang tergabung dalam organisasi tertentu
benar-benar harus memiliki rasa saling mempercayai. Itulah yang di namakan
‘Solidaritas’.
Di pesantren sendiri,
solidaritas merupakan kurikulum tak tertulis. Mustahil setiap santri ketika
menjalani kegiatan sehari-harinya tidak tumbuh rasa solidaritas. Ada santri
yang satu lemari dengan temannya, ada santri yang satu rak kitab dengan
temannya, bahkan ada juga santri yang bergantian dalam memakai sepasang sandal.
Dengan semua itu, rasa persaudaraan sesama santri menjadi semakin erat hingga
mereka keluar dari pesantren.
Pentingkah solidaritas?
Justru dengan seseorang memiliki jiwa solidaritas, ia akan menguatkan
komunitasnya, organisasinya, hingga bangsanya. Dalam dirinya akan tumbuh rasa
kepercayaan antar sesama. Bukanlah keraguan, sebab manusia adalah satu kesatuan
organisme yang saling membutuhkan. Di sisi lain, solidaritas menumbuhkan rasa
persatuan dan kesatuan yang kuat dan kokoh. Menjauh dari perpecahan yang
menyebabkan musibah. Perpecahan adalah dusta, perpecahan adalah malapetaka.
Rasulullah sendiri
mengajarkan pada para sahabat agar tidak terpisah (tidak bersatu) sekalipun itu
hanya fisik. Dari Abi Tsa’laba RA. beliau berkata:
كان الناس إذا نزلوا
منزلا تفرقوا في الشعاب والاودية. فقال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: ان
تفرقكم في هذه الشهاب والاودية انما ذلكم من الشيطان، فلم ينزلو بعد ذلك منزلا الا
انضم بعضهم الي بعض
“Suatu ketika para sahabat berpencar saat beristirahat di lereng pegunungan
dan juga jurang. Kemudian Rasulullah bersabda: sesungguhnya berpencarnya kalian
di tempat ini adalah perbuatan syaitan. Maka untuk kedepannya, kalian harus
menyatu antara satu dengan lainnya.” (HR. Imam Abu Dawud, Riyadhus Sholihin).
Tak heran jika semua
generasi santri terhubung dalam ikatan fisik maupun batin yang sangat erat.
Karena sedari dulu saat di pesantren mereka sudah terbiasa saling membangun
kepercayaan.
Ketika dua orang
berhubungan satu sama lain, tanpa diragukan lagi ada kesamaan di antara mereka.
Bagaimana bisa seekor burung terbang kecuali dengan jenisnya sendiri?
Masyarakat yang tidak bersahabat adalah kuburan dan makam.
(Maulana Jalaluddin Ar-Rumi) Wallahu a’alamu bisshoab
Refrensi:
Riyadhus Sholihin
Semesta Matsnawi
Brainly
0 comments: