Aku bersaksi
bahwa tiada wanita selain dirimu, kasih.
Oleh: Muhammad Farhan
Gemetar tanganku ketika mulai menuliskannya untukmu. Hatiku
linglung, otakku limbung. Ketika hendak menulis, banyak yang kurasa. Setelah
kupegang pena, hilang otakku seutuhnya. Maaf kupinta jika tulisku tak seromantis
surat cinta kekasih pada kekasihnya. karena ketika aku menuliskannya untukmu
hatiku diambang linglung, otakku diambang limbung.
Bersama dengan surat ini ada, kukirimkan juga padamu seperangkat
bias senja -segerombol burung yang mengangkasa, selengkung pelangi dengan
selusin warna, sewarna jingga yang kobarannya membara. Selain itu, untukmu,
kukirimkan juga semilir angin yang membelai halus rambutmu, mengelus lembut
pipimu, mencubit manja ujung hidungmu. Karena untuk melakukannya sendiri,
diriku, belumlah qobiltu.
Perihal perkataan yang pernah dikatakan oleh gurumu, maaf, aku tak
setuju. Katanya, berkhayal itu dapat menyebabkan gangguan kejiwaan. Sama
seperti rokok yang dapat menyebabkan gangguan kehamilan. Katanya seperti itu.
Suatu ketika, aku mencobanya untuk membuktikan apa yang dikatakan oleh gurumu
itu dan ternyata hasilnya malah sebaliknya, aku mengalami gangguan jiwa.
Ceritanya, setelah mengetahui itu, aku mencoba untuk tidak
menghkayalkan dirimu. Sebisa mungkin kulakukan itu. Tapi nyatanya, esoknya, aku
dilanda gila. Lama. Hingga aku memimpikanmu. Walaupum hanya sekedar mimpi, tapi
hadirmu padaku sangatlah membantu. Kala itu, kala malam telah tiba, aku
mendatangi kamarmu dengan pakaian yang begitu sederhana lalu kita bercakap-cakap
dengan bertatap muka. Kita terus saja bercakap-cakap hingga dirimu meminta izin
kepadaku untuk tidur. Setelah dirimu tertidur, aku mencoba untuk memijatmu.
Tapi dirimu malah terbangun. Ketika kutanya mengapa, dirimu malah menjawab “jangan
gitu talah, cak. Geli loh”
Walaupun aku tak begitu setuju dengan gurumu, tetap saja kuperintahkan
angin agar mengirim awan untuk melindungi pulangmu dari sekolah. Karena
jangankan untuk memegang bajumu, menyentuh bayanganmu saja cemburuku sudah setengah
mati.
Yang kupinta hanya awan, yang datang malah hujan. Terkadang,
begitulah semesta, suka bercanda. Tapi tak apa, dengan begitu, denganmu, diriku
dapat bercumbu rayu lebih lama dari waktu biasanya.
Dalam surat yang kutuliskan teruntukmu saja, diantara sela kata
demi kata, kusisispkan juga gebu rindu yang tak kuasa kusimpan dalam hatiku.
Dalam sela kata, semuanya. Kutaruh disitu, hanya untukmu. Engkau tak perlu
risau perihal rindu yang ada dalam hatiku. Secepat mikroba yang membelah diri
menjadi 2, rindukupun juga sama. Bahkan sampai berjuta-juta lipatannya.
Menumpuk jadi satu, dalam hatiku. Walaupun aku belum melamarmu, tapi
percayalah, bahwa dalam sukmaku sudah banyak anak cucu darimu.
Layaknya maheswari dicipta, cantikmu juga tak kalah rupa. Lihatlah
Betapa malunya purnama ketika ia melihat matamu berkedip manja. Betapa malunya
ilalang ketika ia melihat lentik bulumatamu menusuk emasnya rembulan. Betapa
malunya rintik hujan ketika ia melihat bibirmu tersenyum menenangkan. Betapa
malunya tuhan ketika ia melihat
wajahmu... tidak. Aku tidak mau memujimu seperti itu. Bukan karna aku tidak
mampu. Bukan. Aku tidak mau memujimu seperti itu karna bila aku memujimu
seperti itu, yang kutakut satu, tuhanmu cemburu. Biarlah dengan kata
tersederhana, padamu, aku memuja. Biarlah dengan kata teringkas, dirimu, dalam
hatiku membekas. Biarlah.
Selain kepadamu, aku juga mengagumi penciptamu. Aku mengaguminya
karena ia telah begitu romantis padaku. Bayangkan saja betapa romantisnya
tuhanmu padaku. Ia telah menciptakan kamarmu untuk menghadap senja. Dan ia pula
yang telah menciptakan kamarku untuk menghadap kamarmu. Ah, tuhan.
Betapa romantisnya dirimu. Aku tersipu malu.Engkau membuat kamarnya menghadap
senja. Dan engkau membuat kamarku menghadap kamarnya. Sungguh. Romantismu
padaku tiada tandingan, tuhan.
Semoga saja, selain itu, tuhanmu juga mengijabahi doaku. Aku tidak
mendoakanmu disepertiga malamku. Aku juga tidak mendoakanmu agar menjadi
milikku. Aku hanya mendoakanmu dilima waktuku. Itupun sebatas kebahagiaanmu dan
keselamatanmu. Duniamu dan akhiratmu. Tidak dengan jodohmu. Aku tidak berdoa
demikian, karna aku tak mau dianggap sebagai pendikte tuhan. Aku tak mau. Bukan
tak mau bila engkau menjadi milikku. Melainkan aku tak mau mendikte tuhan agar
kamu menjadi milikku. Tuhanmu tentu maha peka lagi bijaksana. Dengan
mendoakanmu dilima waktuku, tentu tuhanmu sudah tau bahwa aku, padamu, ingin
menatap sekaligus menetap, ingin singgah sekaligus sungguh, ingin kisah sekaligus
kasih.
Aku
padamu, i love you.
Kekasihmu
Farhan.
0 comments: