PERIHAL WAFATNYA KIAI MUJTABA BUKHORI
Oleh: Gus
Madarik Yahya
Almarhum KH Mudjtaba Bukhori wafat pada 16
Desember 2020, jam 23:10 WIB di RS Panti Nirmala Malang. Kabar itu diinformasikan
oleh putranya sendiri. Gus Hasbullah Huda melalui aplikasi WhatsaAp.
Rawat inap beliau bukan kali pertama, putra
bungsu kiai Bukhori Ismail itu telah menjalani perawatan intensif di rumah
sakit yang sama sejak bulan puasa 1441 H yang lalu.
Sebetulnya tentang ajal yang akan menjemput
beliau sudah dirasakan oleh anggota keluarga. Hal ini terbaca dari tulisan
WhatsaAp Gus Has, panggilan akrab Gus Hasbullah Huda itu.
Saat ditanya bagaimana Yai Mudjtaba ketika
dirawat di rumah sakit? Wakil Rektor II IAI Al-Qolam Gondanglegi itu menjawab: "Semoga
saja ada harapan sembuh. Tetapi kami pasrah mengenai keadaan kai."
Rasa tawakal pihak keluarga semakin kuat
tatkala Yai Mudjtaba memerintahkan langsung Nyai Surohah untuk melakukan
beberapa hal:
1. Agar menyediakan kain kafan.
2. Agar mencuci kain kafan itu dengan air zamzam.
3. Agar membuat nisan yang telah diukir atas nama
beliau.
4. Agar segera membeli sapi.
Bahkan, lanjut istri kiai Mudjtaba, beliau
berkenan menyaksikan saat kain penutup mayat itu dicuci.
Menurut Nyai Surohah, semua permintaan
beliau diupayakan untuk dituruti. Cuma satu permintaan yang belum kesampaian,
yaitu kiai Mudjtaba ingin sekali bertandang ke Nyai Sepuh. Menurut Ibu Nyai
Pengasuh PP Al-Bukhori itu, demikian ini dilakukan semata-mata karena
mempertimbangkan faktor kesehatan.
Untungnya, Nyai Mamnunah Yahya sempat menjenguk
adiknya itu tatkala pulang dari rumah sakit sebelum jatuh sakit yang terakhir.
Sepulang rawat inap sebelum ke rumah sakit
yang terakhir ini, kepada putri-putri kiai Qosim Bukhori saat menjenguk, Ketua
YPRU Ganjaran Gondanglegi Malang itu menanyakan kiai Qosim, "demmah
gemblung juyah mik tak nik ngonik ih sengkok [kemana gemblung itu kok gak
jemput aku]." Entah ujaran beliau ini hanya berkelakar atau apa, tetapi
yang jelas kedua kakak beradik itu memang sangat akrab. Sehingga dengan mudah kami
menebak sebenarnya beliau sudah merasa bahwa tutup usianya telah dekat.
Cerita mengenai ketajaman firasat
orang-orang sholeh merupakan hikayat yang lumrah di dengar, termasuk Yai
Mudjtaba Bukhori. Lebih-lebih status beliau sebagai seorang Mursyid Thariqah
Naqsyabandiyah yang diyakini khalayak umum. Khususnya para ikhwan-akhawat yang memiliki
pandangan ke depan melebihi masyarakat umumnya.
Gus Abdul Latif pernah berkisah bahwa suatu
saat ia mengikuti tawajjuh dzikir yang dipimpin kiai Mudjtaba Bukhori. Di
tengah-tengah ritual berlangsung, putra kiai Zainulloh Bukhori itu bergumam
dalam hati, "masak, bacaan seorang Mursyid salah-salah." Pasalnya,
Gus Abdul Latif mendengar bacaan Yai Mudjtaba agak kurang tepat dilihat dari
kaidah nahwu-shorof.
Langsung saja Yai Mudjtaba menghampiri
keponakan itu sembari berkata: "Engkok keng su kesusu cong..! [Aku hanya
tergesa-gesa nak...!]," seraya menghardik dengan tasbihnya.
Padahal ungkapan Gus Abdul Latif hanya terlintas dalam
alam pikirannya saja.
0 comments: