foto ini diambil saat menurunkan kayu dari salah satu keluarga ndalem
Bahanya Tradisi Buruk bagi Pesantren
Oleh: Shofi
Mustajibullah
Apa itu tradisi? Menurut Supardan (2011), tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun. Negara Indonesia sangat lekat dengan tradisi yang turun temurun dari para leluhur. Khusunya lembaga Pendidikan murni dari Indonesia, Pondok Pesantren
Lalu apa
fungsinya? Menurut Sztompka (2007) salah satu fungsi dari tradisi adalah
menyediakan fragmen warisan historis yang di pandang bermanfaat serta
Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas
primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.
Apakah
tradisi selalu baik? Tidak pasti. Tergantung perilaku apa yang menjadi sebuah
kebiasaan. Kata kunci dari tradisi adalah turun temurun, bukan selalu tentang
kemanfaatan.
“Perilaku
seseorang bergantung pada kebiasaanya”. Ungkapan tersebut sangatlah nyata. Nah,
apabila tradisi dari suatu golongan ataupun komunitas adalah kebiasan buruk
jika dilihat dari obyektif, maka hasil dari tradisi tersebut adalah perilaku
yang buruk pula.
Bagi
pesantren, hal ini merupakan masalah krusial. Teori yang di ungkapakan oleh
John Lock mengenai terbentuknya manusia tidaklah begitu benar apabila di
dekatkan pada Pondok Pesantren. Jika untuk khalayak umum 50:50 antara
lingkungan dengan seseorang itu sendiri, namun untuk pesantren perbandingannya
adalah 75:25 antara lingkungan dengan diri seseorang itu sendiri.
Mengapa
begitu? Sebab para santri selalu di benturkan oleh banyak orang dan belum
sempat untuk mensurvive dirinya sendiri. Yang dilihat hari-harinya adalah
lingkungannya, bukan dirinya. Naasnya, semisal ada sebuah pesantren yang
memiliki tradisi kurang baik, tidak satu dua yang terkena dampaknya, bisa jadi
keseleruhan warga pesantren.
Maka dari
itu, layaknya pemerintahan sebuah negara, pihak yang berkenan harus segera
menghapus tradisi-tradisi yang berpotensi menciptakan perilaku yang kurang
baik. Mereka adalah agent that changes a culture. Kalau bukan mereka, siapa
lagi?
Burung yang
tak pernah mabuk air yang jernih. Tetap menjaga sayap dan bulu-bulunya dalam
air asin. (Maulana Jalaluddin Ar-Rumi) Wallahu a’alamu bisshoab.
0 comments: