Oleh : Andrik
“Buanglah sampah pada tempatnya,” slogan ini pasti tidak asing bagi kawan semua. Peringatan yang ada di tempat strategis guna menanggulangi pembuangan sampah sembarangan.
Memang, ketika membahas sampah tidak ada habisnya. Plastik yang bermanfaat bagi masyarakat ternyata hama yang merusak ekosistem kehidupan. Meskipun masyarakat tahu, seakan-akan hanya angin sore yang sedang berlalu, mereka acuh tak acuh akan hal itu. Begitu besar dampak negatifnya.
Namun kali ini bukan buang sampah secara hakiki, melainkan tersimpan makna majas di dalamnya. Yakni kegiatan masyarakat Indonesia yang enggan meninggalkan konsumsi empat sehat lima sempurna.
Bagaimana tidak? Mayoritas masyarakat Indonesia sering konsumsi jajanan yang sedikit nutrisinya, seperti gorengan, minuman es dan produk instan lainnya. Apalagi lingkungan pondok pesantren, serasa sukar dihindari. Bahkan semua itu jadi makanan favorit. Tanpa disadari banyak negatifnya bagi kesehatan manusia.
Mulai gorengan saja, sudah ditaksir dampak negatifnya. Gorengan itu sering dikonsumsi masyarakat. Siapa yang tak suka gorengan? Saya yakin semua suka.Tapi, kawan, perlu tahu bahwa sangat berbahaya mengosumsi gorengan berlebihan. Apalagi enggak bagi-bagi! Mengapa bahaya? Karena menimbulkan penyakit kronis seperti hipertensi, gangguan pencernaan, sampai kanker.
Gangguan pencernaan, lemak di gorengan menimbulkan gangguan pencernaan, yakni tersingkirnya bakteri Miobia dalam perut. Bakteri ini menjaga perut. Kemampuan imunnya mampu menjaga kekebalan dalam perut. Seringnya konsumsi gorengan dapat merusak kekebalan, sehingga menimbulkan penyakit-penyakit itu.
Lemak jenuh adalah pemeran utama pemicu terjadinya penyakit kronis. Banyak orang tidak tahu bahwa penjual gorengan sering memakai minyak yang tidak higienis. Contoh: minyak berkali-kali dipakai, padahal itu tidak baik. Yang lebih parah minyak digoreng bersama plasiknya.
Pemakian minyak tadi memicu terjadinya penyakit berbahaya. Hipertensi (darah tinggi) berarti tensi darah yang naik. Siapa sangka pemicunya adalah konsumsi gorengan berlebihan. Maka masarakat harus hati-hati jika beli gorengan di sembarang tempat. Jalan yang aman, jauhi makanan itu. Tapi kalau sedang ingin lebih baik buat sendiri. Era ini kan serba canggih, kalau hanya buat gorengan mudah, bisa cari di Google atau share dengan teman.
Sehubungan dengan gorengan, santri juga jadi konsumen terbesar, padahal kalau diteliti, mereka tergolong orang-orang pasif (kurang gerak dan olahraga). Sehingga konsumsi yang kurang higienis makin memperburuk kesehatan mereka.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa makanan mengandung lemak tinggi dan berbahaya sangat disukai masyarakat. Untuk meminimalisirnya, sebaiknya ada anjuran atau program sehat seperti memproduksi Nagasari, Utri dan makanan sehat lain. Intinya terlepas dari lemak.
Atau opsi ke dua tetap jual makanan yang mengandung lemak seperti Alpokat. Karena nyatanya tubuh memang butuh kadar lemak sebagai cadangan makanan. Dengan produksi lebih unik saya yakin akan membawa hasil.
Beralih ke es. Es campur, es krim dan minuman dingin ini sangat populer di masyarakat. Dengan meminumnya dapat menghentikan dahaga. Apalagi di musim kemarau, pasti es jadi menu utama. Tapi perlu tahu juga, es punya unsur negatif. Orang yang sering mengonsumsinya mengalami salah satunya perut buncit, usus buntu, dan lain-lain.
Dingin es dapat membekukan sari-sari makanan dan lemak yang ada di perut, sehingga semuanya tidak diurai. Dampaknya sari-sari itu mengendap dan menyumbat usus, terjadilah usus buntu. Saking bahayanya dokter menyatakan bahwa es lebih bahaya daripada rokok.
Selanjutnya adalah produk instan seperti Sarimie, Indomie, Mie Duo, dan lain-lain. Semua yang disajikan dengan instan jelas mengandung bahan pengawet. Pengawet itu ketika dikonsumsi bisa hancur dalam tiga hari. Untuk Mie Duo ada yang mengatakan sampai tujuh hari karena kandungan lilin yang banyak. Waduh, coba bayangkan! Jika setiap hari makan, berapa banyak racun yang mengendap dalam tubuh. Akhirnya, orang zaman sekarang sering terkena penyakit-penyakit berbahaya. Sampai ada perkataan dalam bahasa jawa, “Lek saiki penyakit aneh-aneh, pancen seng dipangan macem-macem,” yang artinya “Sekarang penyakit aneh-aneh karena yang dimakan macam-macam.”
Tentu pendapat mereka begitu, karena dulu makanannya dominan sayuran dan ikan yang masih segar dan higienis. Itulah tadi permasalahan konsumsi masyarakat Indonesia dan kalangan pesantren. Maka masing-masing individu harus sadar bahwa sehat itu mahal.
0 comments: