Berbanjar-banjar serumpun ilalang
Bergerak-gerak membenak hitam
tarik darah yang beriringan
Mendenyutkan nadi untuk terus terbang membayang
Dan pekat, melingkup alam malakut dalam khayalan
Pertanyaaan itu,
Mengujiku sebgai penuntut ilmu,
membuyarkan khayal penuntut ilmu
kuingat terus, dan tak satupun yang teringat
hanya,
di malam itu
kita lingkari secangkir dengan diskusi
dan tak satu lembaran kuning kita kuliti
haha! Diskusi itu tentang santri putri.
waktu berjalan melanjut tanya
“sudahkah aku ahli ibadah?”
Aku pun linglung,
Corong-corong azan memanggil
Terbirit-birit aku lari
Terlihat shaf-shaf sahut-menyahut terisi
Aku masuk shaf awal kamar mandi
Dan di sini aku kencing berdiri,
Haha! keamanan aku salip dari kiri,
Langkah gemulai menyelinap
Memperdengar suara tausiyah
“bangunlah malam, untuk keluh kesah”
Aku pun berpeluh resah, berpeluh resah
Lalu sadar, aku pun basah
Terdengar suara titah
“abdikan kaki tanganmu untuk kyai”
Sudikah tanganku untuk kyai, sedang amarah membuncah
menguasai diri
Sedang rotan tanganku mengincar para santri?
Akankah kuabdikan diri
Sedang kaki kuangkat pongah?
Kuangkat tegap, menitah, menyumpah, kadang bahkan menyampah
Aku tak tahu diri
Kedekatan dengan kyai kutunjukkan
Dengan membiarkan dihujani caci maki
Hujanan caci maki aku biarkan bertali-temali dengan birahi
posisi kopiah kumantabkan
gulungan sarung kunaikkan
hati baja kuiris dengan
fa‘ala yaf’ulu fa’lan
Gema suara di pelataran
Beranak-pinak dalam pikiran
Alhamdulilla alladzi qad wafaqoo
Syukur tunduk berbaris
Dalam iringan kalam nadzam di pendopo
Qala muhammadun huwa-bnu maliki
Teguhkan tali untuk awas diri
Doa restu kyai
Tak tebendung ingin kumiliki
(Yusroful Kholili, 17 september 2015)
photo credit: here.
0 comments: