Pak Mudi, Jalan Berliku Pengairan di PPRU I
Pengadaan sumber air baru dengan
memasang Pipa air yang menghubungkan tandon air desa Sumberjaya-PPRU I
Ganjaran, telah rampung pengerjaannya. Nama Mahmudi tidak dapat dilepaskan di balik
suksesnya pengerjaan ini. Berikut hasil wawancara reporter Akhbar dengan
beliau.
Sebagaimana kita tahu, sumber air
yang digunakan untuk kebutuhan santri di pondok pesantren Raudlatul Ulum I
ganjaran berasal dari dua tempat. Pertama, berasal dari sungai putat sebagai
sumber utama untuk memenuhi kebutuhan
mandi, mencuci, dan buang hajat. Kedua,
berasal dari desa Bulupitu yang menggunakan tekhnologi Pompa Hidram
Dongki Air. Untuk informasi, Pompa Hidram Dongki Air adalah salah satu jenis
pompa air yang bekerja tidak menggunakan tenaga listrik atau bahan bakar
(bensin atau minyak diesel), tetapi Pompa ini dapat bekerja karena dijalankan
oleh tenaga air itu sendiri. Nah, air dari sumber yang kedua ini, di PPRU I
dialokasikan untuk kebutuhan minum dan wudu, dan sebagai ganti jika sumber
pertama kering.
Sejak awal sumber air yang berada di desa Putat, sebagai sumber air utama di pesantren, berasal dari
danau yang berada di Kecamatan Kedung Kandang. Pembagian
aliran airnya ditangani langsung oleh Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur. Di antara
daerah aliran air dari danau tersebut adalah Sungai Putat.
Dari sungai Putat ini, pengaliran
air digilir kearah selatan jalur Putat–Gondanglegi serta daerah sekitarnya,
dan jalur barat Putat-Ganjaran, setiap minggu sekali. Saat air dari Putat dialirkan
ke jalur Putat-Gondanglegi, aliran air jalur Putat-Ganjaran terhenti. Imbasnya,
kebutuhan untuk mandi santri di pondok
pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran
tidak terpenuhi. Di saat seperti
ini, sumber air yang kedua dari desa
Bulupitu difungsikan untuk meminimalisir kekurangan air di pesantren
ini. Namun, dengan daya alir yang minimal, sumber dari desa Bulupitu hanya
dapat membantu 25% persediaan air dibanding sumber dari sungai putat. Kekurangan air pun belum terpenuhi secara
maksimal. Dan hal ini terjadi setidak-tidaknya setiap satu minggu sekali.
Pada tahun 2012 Dinas PU
Pengairan Provinsi Jawa Timur mengeluarkan kebijakan perbaikan Pengelolaan Irigasi dan Bangunan
Pengairan di Wilayah UPT PSDA di Malang sebagai tindak lanjut dari PELITA (
Pembangunan Lima Tahun) oleh pemerintah pusat. Sehingga ditahun-tahun
tersebut selama pengerjaan
sarana-prasaran dilangsungkan, pembagian air tersendat . Ironisnya, pengerjaan
tersebut sampai saat ini belum rampung terselesaikan. Dan kekurangan air di
pesantren semakin sering terjadi.
Nah, melihat hal itu Gus Abdul
Mannan Qoffal, Kepala SMK Al-Khozini mempunyai usulan untuk menambah sumber air dengan bekerja sama
dengan HIPAM (Himpunan Pemakaian Air Minum) yang dikelola oleh masyarakat
Ganjaran, sebagai solusi untuk mengatasi
kekurangan air di pondok pesantren yang didirikan oleh KH. Yahya Syabrowi
ini. Kerja samapun berlanjut pada hitam
diatas putih.
Kemudian, dalam realisasinya
tentu akan berhubungan dengan Pengurus Pengairan PPRU I Luar, yang saat ini
diketuai oleh Mahmudi Ihsan, tanpa mengenyampingkan pihak lain yang terkait. Mulai
dari proses kerjasama sampai pelaksanaan penyambungan pipa air, memakan
waktu 15 hari. Sebagai puncaknya, pada
hari Minggu (13/9) kemaren, penyambungan pipa tandon air Sumberjaya, PPRU I
Ganjaran dengan jarak sekitar 1.300 m, telah selesai dilaksanakan.
Nah, untuk mengetahui lebih jelas
tentang proyek tersebut, di malam 8 September 2015, kami mendatangi pria yang
dikenal dengan sapaan bapak Mahmudi tersebut. Di rumahnya, yang terletak sebelah
barat--sekitar 150 m--dari lokasi pondok pesantren Raudlatul Ulum I, kami disambut ramah dengan senyum khas santri. “Saya sudah mau tidur tadi, mau keluar
rumah suhunya dingin, eh ternyata ada tamu,” sambut pria kelahiran Ganjaran
tersebut, seraya memperbaiki letak kaos kakinya setelah mempersilahkan kami
duduk di sofa warna coklat tua. Di ruangan seukuran 2,8 X 3 ini kami saling
bercengkrama tentang kesehatan keadaannya sekeluarga sebagai dialog pembuka.
Dari data yang didapat, mulai
awal sampai pelaksanaan penyambungan pipa air, proyek tersebut dapat
menghabiskan dana sekitar 35 juta rupiah. Biaya terbesar proyek tersebut di
alokasikan untuk pembelian pipa air yang menyambungkan tandon air HIPSAM-PPRU I
dan SMK Al-Khozini dengan jarak 1.300 m. Totalnya, 22 juta rupiah digelontorkan
untuk pipa air, sedangkan sisanya untuk biaya operasional dan konsumsi
simpatisan yang turut dalam pengerjaan.
Tidak lama kemudian satu gelas
besar penuh dengan air kopi panas disuguhkan kepada kami. ”Ayo diminum, biar
badannya hangat,“ katanya. Sambil menikmati suguhan kopi,
kami mengatakan maksud kedatangan kami untuk mewawancarai pria dengan nama panggilan pak Mudi ini,
tentang manfaat proyek tersebut. “ jika
proyek ini selesai dan dapat difungsikan, air dari Sumber Jaya dapat menggantikan 50% kebutuhan saat sumber air dari putat tidak
mengalir,” tutur pria kelahiran 26
September 1970 tersebut dengan bahasa Madura.
Pak Mudi menambahkan, setelah
proyek penambahan sumber air tersebut
selesai, sumber baru tersebut posisinya
sebagai cadangan jika sumber dari putat tidak mengalir, dan dalam
pemfungsiannya harus mengeluarkan biaya kepada HIPSAL. “Santri sebaiknya lebih hemat dalam pemakaian dan bersabar jika sewaktu-waktu air mati,” pesan
pria yang juga membantu mengajar di pondok pesantren saat ini, kepada kami saat diwawancarai.
Kiprah pria kelahiran Ganjaran
ini sebenarnya bermula saat beliau
bergabung dengan pengurus Pengairan Luar pondok dari kalangan alumni yang
berada di sekitar pesantren pada tahun 2011 setelah boyong dari pondok pesantren Raudlatul
Ulum I tahun 1997. Saat itu, bidang ini
diketuai oleh bapak dengan inisial NK. Setelah berjalan satu tahun bergabung di
petugas pengairan ini, melalui rapat yayasan
KH. Yahya Syabrowi, pada tahun 2012 beliau diangkat sebagai ketua
Pengairan tersebut, karena dipandang kinerjanya bagus.
Selama menjabat sebagai
ketua pengairan tersebut, ada beberapa proyek yang telah dia laksanakan. Di antaranya bangunan-bangunan kecil di dalem pengasuh, pondok putri,
pembangunan tandon air di putat, dan pada tahun 2013 proyek Sanitasi yang telah
menghabiskan dana 150 juta.
Di balik kesuksesan tersebut, saat
ditanya darimana pengalaman tentang bangunan dan pengairan tersebut didapat?
Beliau menjawab dengan sederhana, “Saya tidak pernah belajar tentang itu. Cuma
dulu, saat berada di pesantren semua saya kerjakan. Ada pembangunan saya turut
membantu, saat ada pekerjaan untuk pengairan saya bantu. Dan hal itu, saya
lanjutkan ketika dipercaya menjadi
pengurus pesantren di bidang pengairan,”
tutur alumni yang pernah menjabat Keamanan Pesantren tersebut.[]
Reporter: Yusroful Kholili | Foto: Mukhlis
0 comments: