Oleh : Miftahul Ulum *
Ibnu Aqil Syarah al-Fiyah |
Ilmu Nahwu merupakan salah satu bidang ilmu
yang mendapat perhatian besar di pesantren. Terbukti dari banyaknya kitab ilmu nahwu
yang di pelajari para santri, seperti Al-Âjurûmiyah, Al-‘Imritî, dan AlfiyahIbnMâlik.
Kitab-kitab tersebut biasanya dihafalkan para santri. Lalu siapakah orang yang dianggap sebagai pencetus ilmu Nahwu?
Dalam I’lam
al-Bararahbil al-Mabadi’ al-Syarah karya Shâlih Ahmad bin Sâlim
al-‘Idrus disebutkan bahwa pencetus ilmu Nahwu adalah Abû Aswad al-Du’alî atas perintah dari‘Alî
bin Abî Thâlib. Nama lengkapnya adalah Dialim bin ‘Umar bin shafyân bin Jandal bin
Ya‘mûr bin Hils bin Nafasah bin Udâf bin al-Du’alî bin Bakar bin Abd Manâf bin
Kinânah bin Mudrikah bin Ilyâs bin Mudar bin Nazar. Dari pihakibuAbû al-Aswad
al-Du’alî masih keturunan dari Banî Abd al-Dâr bin Qushai.
Abu
al-Aswad al-Du’alî lahir tiga tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul,
tepatnya 16 sebelum Hijriyah/ 605 Masehi. Pada masa Sayyidina‘Umar bin Khathtâb dan‘Ustmân
bin ‘Affân, dia pernah dipercaya menjadi hakim (Qâdlî). Dia pernah ke-Basrah pada masa pemerintahan ‘Umar
untuk membangun masjid dengan namanya sendiri.
IajugapernahmenjabatsebagaisekretarispribadinyaSayyidina‘Alî.
Guru Abû
al-Aswad al-Du’alî adalah‘Alî bin AbîThâlib, ‘Umar bin Khaththâb, ‘Adullah bin
Abbâs, Abû Dzarr al-Ghifârî, ‘Abdullah bin Mas‘ûd, Zubair, Ubai bin Ka‘b, Mu‘âdz,
Abû Mûsâ al-Asy‘arî, dan‘Amr bin AbîSufyân.
Siapakah
yang memerintahkan Abu al-Aswad al-Du’alî untuk mengarang ilmu Nahwu? Ada
dua pendapat. Pertama, yang
menyuruh beliau untuk menyusun ilmu itu adalah‘Alî bin Abî Thâlib. Pendapat yang kedua,
adalah‘Umar bin Khaththâb.
Selain berjasa sebagai
orang yang manyusun ilmu tersebut, beliau juga berjasa dalam memberiharkat Alquran. Perlu diketahui pada masa Nabi Alquran tidak ada titik maupun harkatnya. Alquran pada masa itu masih gundul.
Abû al-Asw adadalah orang yang memberi harkat yang pertama, kemudian di susul oleh Al-Khalîl
bin Ahmad.
Abû
al-Aswad wafat pada tahun 69 H./688 M. dalam usia 80 tahun. Pendapat lain
mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 67 H. Ia wafat karena serangan wabah tahunan
yang menyerang tempat tinggalnya di Bahsrah. Ada yang
berpendapat bahwa beliau wafat sebelum kedatangan wabah ini. Dan dia meninggalkan 2
orang anak, putra dan putri, keeduanya bernama Harab dan‘Athâ’.[]
* Santri PPRU I, pegiat Komunitas Tsurayya
0 comments: