Oleh : Ja’faris
Shodiq*
Nama lengkapnya adalah Abul Faidl Alamuddin Muhammad bin Yasin bin Isa Al-Fadani. Beliau lahir di kota Makah pada tahun 1915 M. Nenek moyangnya berasal dari Padang, Sumatera Barat. Beliau adalah salah satu dari sekian banyak ulama Indonesia yang juga mengharumkan nama Indonisia di mata dunia.
Sejak kecil beliau sudah menunjukkan kecerdasan yang sangat luar biasa. Belajarnya beliau mulai dari asuhan dari ayahnya sendiri, kemudian di lanjutkan ke madrasah Ash-Shaulathiyah. Di sana beliau berguru ke pada ulama-ulama besar. Di antaranya Syekh Umar Mukhtar, Syekh Hasan al-Masysyath, Habib Muhsin bin Ali al-Musawa.
Di Ash-Shaulathiyah beliau di kagumi guru-gurunya karna kecerdasannya yang sangat tinggi dalam waktu singkat, beliau telah mengungguli teman-temannya yang lain. Hal ini sangat tampak, khususnya dalam bidang ilmu hadist dan fiqh.
Keperibadian
Beliau adalah sosok yang sederhana dan tawadu. Hal ini bisa kita lihat dari aktivitas kesehariannya. Setiap hari beliau memikul sayur-mayur dari pasar untuk kesehariannya. Ketawaduan beliau juga bisa kita lihat ketika berkunjung ke Indonesia. Pada saat itu banyak ulama-ulama yang mau menjadi muridnya, di antaranya KH. Syafi’i Hadzami seorang ulama yang menemukan Qira’ah al-Quran riwayat Warasy. Namun Syekh Yasin menolaknya karena dirinya tidak pantas menjadi guru. Justru sebaliknya, Syekh Yasinlah yang harus menjadi murid KH. Syafi’i.
Keluasan ilmunya banyak mendapat pujian dari para ulama, di antaranya:
1. Seorang ulama hadist, sehingga Sayyid Abd Aziz al-Qumari memberi Syekh Yasin julukan ulama kebanggaan Haromain.
2. Al-Allamah Habib Segaf bin Muhammad as-Segaf salah ulama dan waliullah dari Hadramaut sangat kagum dengan keilmuan Syekh Yasin. Sehingga beliau memberikan julukan “Suyuthi Zamanihi” (imam As-Suyuthi zaman ini).
Karya-karya Syekh Yasin
Ilmu yang sangat luas yang dimiliki oleh Syekh Yasin, saat ini bisa kita baca dan kita lihat dari karangan-karangan beliau tak kurang dari 100 judul. Semuanya menjadi rujukan lembaga keilmuan, baik pondok pesantren bahkan Makah sendiri, di antaranya:
1. Fathul-allam (syarah kitab hadist bulughul-maram, 4 juz)
2. Ad-Durr Al-Mandhud fi syarhi sunan Abi Daud (20 jilid)
3. Al-Fawaid Al-Janiyah ‘Ala Qowaidhil Fiqhiyyah
Murid-murid beliau
Syekh Yasin, sebagai ulama besar dan terkenal, telah mampu mencetak generasi-generasi Muslim yang mapan dan mencintai ilmu, di antara mereka adalah:
1. Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman)
2. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni (Syam)
3. Dr. Ali jum’ah (mufti Mesir)
4. KH. Ahmad Damanhuri (Banten)
Karamah Syekh Yasin
Selain terkenal dengan keilmuannya yang sangat luas, beliau juga memiliki karomah seperti yang terjadi pada salah satu muridnya HM. Abrar Dahlan ketika masih nyantri kepada beliau di Makah. Diceritakan pada suatu saat Abror disuruh oleh sang guru untuk membuat teh dan Syisah (rokok dalam tradisi Arab). Usai membuat, maka teh pun oleh Syekh Yasin diminum, dan Abrar berangkat ke Masjidil Haram. Syahdan, setelah Abrar sampai di Masjidil Haram, dia menemukan Syekh Yasin keluar dari Masjidil Haram sambil membawa kitab habis mengajar.
Detik-Detik terakhir Syekh Yasin
Tepatnya pada tahun 1990 M. Dunia merasa pilu dengan kembalinya Syekh Yasin ke sisi Allah. Ulama yang sangat mumpuni dan menjadi rujukan ilmu hadis kini telah tiada. Dan pada saat prosesi pemakamannya Allah kembali menampakkan kebesaran-Nya di hadapan para pen-takziah. Ketika jenazah Syekh Yasin dimasukkan ke liang lahat, tempat pemakaman beliau tersebut sama sekali tidak sempit bahkan sangat luas menjadi sebuah lapangan yang disertai harum semerbak. Subhanalllah!
* Adalah Santri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Putra
0 comments: